Kantor Berita Internasional Ahlulbait — ABNA — Bertepatan dengan peringatan kelahiran Sayyidah Zainab sa, diselenggarakan seminar bertajuk “Peran Perempuan di Dunia Media dalam Gerakan Perlawanan” dengan partisipasi pakar dari Lebanon dan Suriah di kantor berita ABNA.
Dalam acara tersebut, Dr. Qudwah Abdul Sattar, penulis dan peneliti asal Lebanon, menegaskan bahwa perempuan Muslim bukanlah “suara yang diam”, melainkan agen kesadaran dan perlawanan. Ia mencontohkan Sayyidah Zainab sa yang mengubah kekalahan militer menjadi kemenangan moral dan media abadi dengan keberanian dan kebenaran ucapannya.
Abdul Sattar menilai bahwa perang masa kini adalah “perang media”, di mana perempuan Muslim memiliki peran besar sebagai penyampai kebenaran dan penjaga identitas, baik sebagai jurnalis, penulis, aktivis media sosial, maupun pendidik dalam keluarga.
Sementara itu, Dr. Linda Thaboush, akademisi dan aktivis media Lebanon, menyoroti kiprah perempuan Palestina, Lebanon, dan Iran di garis depan kesadaran dan perlawanan. Ia menyebut bahwa “Karbala adalah madrasah media bagi perempuan beriman” dan menegaskan bahwa media bagi perempuan Muslim bukan sekadar profesi, tetapi misi spiritual dan moral.
Adapun Dr. Fatimah Azadi-Manesh, jurnalis dan peneliti asal Suriah, menyebut setiap perempuan Muslim sebagai “jurnalis medan perlawanan”, bahkan jika hanya menyampaikan pesan kebenaran melalui media sosial. Ia menegaskan bahwa kekuatan kata jauh melampaui peluru, dan perempuan Muslim hari ini adalah pewaris etika Zainabi — berjuang dengan ilmu, iman, dan moralitas.
Para pembicara menutup diskusi dengan menyerukan penguatan “media beretika Zainabi”, di mana perempuan berperan sebagai penjaga narasi kebenaran, pembangun kesadaran, dan pembawa cahaya dalam perang global melawan distorsi dan propaganda.
Your Comment